Perempuan Dan Perasaan

 


Manusia adalah makhluk hidup, tentu ia punya perasaan. Jangankan manusia, hewan-hewan dan tumbuhan pun punya. Kita sering melihat bagaimana hewan berinteraksi dengan perasaannya, seperti gambar di bawah ini


tumbuhan pun begitu, punya perasaan walaupun kita tidak tau bagaimana ia mengekspresikan perasaannya. Kita sebagai makhluk yang sempurna penciptaannya seharusnya lebih bisa memahami perasaan dari makhluk hidup, terlebih kalau kamu perempuan.

Perempuan diberi kelebihan oleh Allah berupa perasaan yang luar biasa. Banyak sekali literatur yang menggambarkan bahwa perempuan itu memiliki tingkat perasaan lebih tinggi dari laki-laki, contohnya:

خَلَقَ اللهُ الشَّهْوَةَ عَشْرَةَ أَجْزَاءٍ، فَجَعَلَ تِسْعَةَ أَجْزَاءٍ فِي النِّسَاءِ وجُزْءآ وَاحِداً فِيْ الرِّجَالِ ، وَلَوْلَا مَا جَعَلَ اللهُ فِيْهِنَّ مِنَ الحَيَاءِ عَلَى قَدْرِ أَجْزَاءِ الشَّهْوَةِ لَكَانَ لِكُلِّ رَجُلٍ تِسْعُ نِسْوَةٍ مُتَعَلِّقَاتٌ بِهِ

ِAllah menciptakan hasrat 10 bagian, sembilan bagian diberikan kepada wanita dan satu bagian diberikan kepada laki-laki. Kalau saja Allah tidak memberikan perempuan rasa malu seukur dengan hasratnya, maka setiap laki-laki pasti mempunyai sembilan perempuan.

dari asal penciptaannya, perasaan perempuan mengambil bagian jauh lebih banyak dari laki-laki, maka tidak heran perempuan sering menggunakan perasaannya daripada akalnya. Tidak heran yang lebih sering menangis adalah perempuan, bukan laki-laki, karena memang menangis itu pengekspresian tubuh terhadap apa yang sedang di-rasa-kan.

Menurut aku pribadi, masalah rasa ini sangat penting sekali, harus sering dilatih, khususnya bagi laki-laki yang notabene kurang dalam masalah rasa. Dengan rasa kita bisa lebih menikmati hidup.  Bayangkan hidup kalian tanpa rasa, mengerjakan tugas tanpa rasa, kuliah tanpa rasa, ngaji, dzikir, bahkan sholat tanpa rasa, pasti sangat tidak nyaman sekali, bukan? maka rasa harus terus diasah, dalam hal apapun, bahkan sampai ketika membaca tulisan, baik itu berbahasa Indonesia seperti tulisan ini, atau Arab, seperti kitab-kitab kuning. Dengan rasa, tulisan-tulisan bisa menjadi lebih hidup dan mengandung banyak makna. Biasanya ilmu ini disebut sastra, yaitu ilmu merasakan karya cipta, salah satunya tulisan. Bagi perempuan yang memang dari awal sudah diberi rasa yang lebih oleh Allah, maka sekarang PRnya adalah bagaimana rasa itu dipadukan dengan akal melalui ilmu. Akan sangat indah sekali rasa yang dipadukan dengan akal.

Masalah perasaan ini tidak bisa dijelaskan melalui tulisan. Tidak ada tulisan satupun yang bisa mendefinisikan rasa, paling hanya indikasi-indikasinya saja. Contohnya kita mau mendefinisikan rasa pedas, maka tidak akan bisa, akhirnya hanya kita katakan "Yaa yang seperti itu, keringetan, panas di lidah dan perut, dan menjadi sumuk" nah kan, di sini kita hanya menyebutkan indikasi-indikasi dari adanya rasa pedas yaitu keringetan, panas, dan sumuk. Jadi perasaan itu tidak perlu muluk-muluk mencari defnisinya, yang harus kita lakukan adalah latihan melatih perasaan kita.

Emosi yang dirasakan secara garis besar itu ada empat macamnya bahagia, sedih, marah, dan takut. Ketika salah satu dari empat emosi ini berada pada puncaknya, maka akal harus ambil andil dalam pengambilan tindakan. Kita tidak boleh mengambil keputusan secara serampangan ketika kita sedang sangat bahagia, sedih, marah, atau takut, karena itu akan menghilangkan sisi proposional dalam menilai sesuatu. Maka sangat berbahaya sekali, ketika perempuan sedang dalam puncak salah satu emosi di atas, sebaiknya tidak mengambil keputusan apapun sampai emosinya normal.

Kita diciptakan berpasang-pasangan. Nantinya, pasangan kita tidak harus sama plek dengan kita, tetapi kita saling melengkapi kekurangan yang lain. Bagi laki-laki, ketika pasangannya sedang sangat sedih misalnya, jangan malah diceramahi dengan logika-logika yang kalian anggap benar, karena pasanganmu memiliki sembilan bagian perasaan yang mengalahkan satu akal. Cukup didengarkan dan dipeluk saja, hehe. Ketika sudah mereda rasa sedihnya, barulah diberikan logika-logika atau ceramah yang menunjukan bahwa dia tidak seharusnya bersedih.

Perempuan adalah satu ciptaan, dan laki-laki adalah ciptaan yang lain. Keduanya memiliki kodratnya masing-masing yang harus saling melengkapi. Aku agak kurang setuju sebenarnya dengan gerakan feminis yang memperjuangkan kesetaraan gender. Bukannya aku gak mau disaingi, tapi memang kodratnya seperti itu, kita saling melengkapi. Kamu punya yang aku tidak punya, dan aku punya yang kamu tidak punya, simple, hehe. Kita sudah setara di hadapan-Nya, yang membedakan hanya kadar ketakwaan kita. Dalam hukum-hukum Islam, perempuan itu sudah diatur sedemikian rupa sesuai dengan kodratnya begitupun laki-laki. Allah tidak akan mendiskriminasi makhluk ciptaan-Nya.


Akhir kata, semua yang aku sampaikan di atas adalah kaidah umum yang mungkin ada pengecualian. Karena kaidah Ushul Fiqhnya adalah "Seluruh kaidah yang bersifat umum, pasti ada pengecualiannya" jadi jangan dibantah dengan kata-kata "lho kan ada juga yang gini, ada juga yang gitu" kuno banget bantahannya, hehe. Semoga tulisan ini bermanfaat.


Wallahu A'lam


-Gaza Satria Lutfi

Komentar

Populer

Dosa Besar Sehari-hari

Pesantren Melek Zaman

Sibuk, apa itu?

Setiap Orang Punya Keindahan, Lho