Nikmatmu Banyak ?
Sebagian dari kita diberi kelebihan nikmat dibanding yang lain. Walaupun sebenarnya, nikmat setiap orang itu sama, hanya saja kita sering membanding-bandingkannya dengan orang lain. Oke, dia punya kelebihan ini-itu, tapi mungkin sesuatu yang menjadi kekurangan dia adalah kelebihan yang ada pada kita. Jadi, jangan pernah meremehkan diri kita, karena kita itu kado terindah dari Allah untuk dunia ini. Jangan pernah merasa kita tidak berguna di dunia ini.
Ketika kita diberi nikmat yang sangat banyak, maka seharusnya kita semakin malu terhadap Gusti Allah. Apakah kita pantas memikul nikmat ini, apakah kita pantas membawa tanggung jawab ini, sudahkah kita bersyukur. Malu itu salah satu buah dari ma'rifatuLlah
المعرفة توجب الحياء والتعظيم [القشيري، عبد الكريم، الرسالة القشيرية، ٤٧٩/٢]
"Ma'rifat itu pasti menghasilkan rasa malu dan ta'zhim" [Imam Qusyairiy dalam kitab Risalah Qusyairiyah]
Sudah seyogyanya kita merasa malu kepada Allah atas segala timbal-balik terhadap nikmat-nikmat-Nya yang sangat jauh dari kata layak. Bahkan sering kali kita menggunakan nikmat-Nya untuk bermaksiat kepada-Nya, dan Allah masih tetap memberikan nikmat-nikmatNya kepada kita. Tanpa ada fafifu, Allah terus menjaga kita, Allah terus menolong kita, dan Allah terus menggerakan hati kita untuk beribadah kepada-Nya. Sungguh hamba yang sangat buruk kita ini.
فَإنَّ اللَّئِيمَ لا يَسْتَحِي مِن زِيادَةِ النِّعَمِ بِدُونِ مُقابَلَتِها بِالخِدْمَةِ، والإنْسانُ الكَرِيمُ النَّفْسِ إذا كَثُرَ الإنْعامُ عَلَيْهِ وهو لا يُقابِلُها بِنَوْعٍ مِن أنْواعِ الخِدْمَةِ، فَإنَّهُ يَثْقُلُ ذَلِكَ عَلَيْهِ جِدًّا، بِحَيْثُ يُمِيتُهُ الحَياءُ، فَإذا كَلَّفَهُ المُنْعِمُ بِنَوْعِ خِدْمَةٍ سَهُلَ ذَلِكَ عَلَيْهِ وطابَ قَلْبُهُ.
"Orang yang tercela tidak akan malu ketika dia bertambah nikmat-nikmatnya tanpa melakukan timbal-balik berupa khidmah. Orang yang mulia dan memiliki harga diri, apabila nikmat yang diberikan kepadanya itu banyak, dan ia tidak melakukan timbal-balik berupa khidmah, dia akan merasakan beratnya nikmat tersebut, sampai seakan-akan dia mati karena rasa malu. Kemudian apabila Allah membenani dia tugas, maka menjadi ringan kembali beban nikmat yang ia bawa, dan nyamanlah hatinya" dari kitab Mafatihul Ghaib karangan Imam Fakru Ad-Din Ar-Raziy
Ketika kita diberi nikmat yang besar oleh Allah, maka kita seharusnya malu bila tidak berkhidmah untuk agama-Nya. Jadi, apabila kita diberi sebuah tanggung jawab yang besar, anggaplah itu sebagai bentuk timbal-balik kita terhadap nikmat Allah yang begitu besar. Bersyukur dengan lisan saja tidak cukup, karena para ulama' mendefinisikan syukur dengan
صَرْفُ مَا إلَى مَا خُلِقَ لَهُ
Yaitu menggunakan sesuatu sesuai dengan fungsi dia diciptakan. Ketika kita diberi nikmat akal dan kecerdasan yang di atas rata-rata, maka gunakanlah itu untuk mencari ilmu. Ketika kita diberi nikmat seni, pandai menggambar, berirama maka gunakanlah untuk berkarya, menggambar dan menciptakan nada yang indah. Ketika kita diberi nikmat ini dan itu maka gunakanlah sesuai dengan bidangnya. Dan ingat satu hal! Kita diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah, maka semua nikmat yang kita miliki harus digunakan sesuai bidangnya dan harus memasukan nilai ibadah di dalamnya.
Wallahu A'lam.
-Gaza Satria Lutfi
Komentar
Posting Komentar