Cara Menerima Nasihat
Nasihat itu diambil dari bahasa arab نصح yang artinya tulus. Dari akar kata itu kita sudah bisa tahu jawaban singkat padat dan berisi dari judul yang tertulis. Ketulusan dari pihak pemberi nasihat ketika memberikan nasihat, dan dari pihak penerima nasihat ketika dinasihati. Jika keduanya tidak bisa tulus dalam posisinya masing-masing, maka kata-kata yang dibeberkan tidak bisa disebut nasihat. Penasihat akan sangat mungkin dianggap mencela dan menghina apabila tidak ada unsur ketulusan di dalamnya. Penerima nasihat akan sangat mungkin menganggap setiap huruf dari nasihat yang keluar itu merendahkan martabatnya, menurunkan harga dirinya apabila dia tidak tulus menerima nasihat.
Ketulusan dari orang yang menasihati itu dimulai dari ketulusan niat, yang tempatnya di hati. Artinya hati harus benar-benar tulus untuk memberikan kata-kata, yang tujuannya semata hanya karena ingin lawan bicaranya menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa mendekat kepada Allah. Ketulusan itu dapat terimplementasi dari pilihan diksi yang diucapkan, cara menasihati, di tempat sepi atau keramaian, atau dari keistiqomahan untuk menasihati dan tidak marah walaupun kesalahan terjadi berulang kali.
Ketulusan dari orang yang dinasihati juga dimulai dari hati. Apakah hatinya mau menerima nasihat, walaupun dari orang yang lebih bawah darinya. Dia mau mengakui kesalahan atau tidak? Kesadaran untuk terus berintropeksi walaupun kesalahan yang dibuat itu tidak sengaja. Apabila hati sudah tidak tulus, maka yang muncul hanyalah rasa benci kepada orang yang menasihati, sikap membenarkan diri sendiri, dan bahkan menganggap orang tersebut tidak pantas menasihati kita.
Pada intinya, nasihat itu hanyalah sebuah kata-kata, tinggal kita bagaimana menyikapinya, bagaimana mengolahnya di dalam pikiran kita, bagaimana merasakannya di lubuk hati kita. Kata-kata itu hanya sebatas wasilah supaya hati dan pikiran kita bekerja untuk mengetahui dan menyadari mana yang benar dan mana yang salah. Orang yang menasihati tidak punya kemampuan apapun untuk mengubah kita, kitalah yang mengubah diri kita, orang lain hanya memicu kita untuk berubah.
Gaza Satria Lutfi
Komentar
Posting Komentar