Hidup Minimalis

 

لِيَقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ يَقِلُّ مَا تَحْزَنُ بِهِ
Semakin Sedikit Yang Membuatmu Senang
Akan Semakin Sedikit Yang Membuatmu Sedih

Kalam di atas adalah salah satu hikmah yang ada di kitab al-hikam milik Ibn Atho'illah. Resep untuk hidup bahagia sekaligus menghindari rasa sedih, keduanya terkumpul dalam satu kalam. Kalam seperti ini dalam ilmu sastra arab dinamakan jami', yaitu kata-kata singkat, padat, dan jelas.

Kalau kamu punya banyak keinginan, pasti kamu akan lebih sering merasa sedih. Kamu senang mendapat nilai A+, maka kebahagianmu batas minimalnya adalah A+, ketika kamu dapet B itu akan membuatmu sedih. Kalau kamu senang mendapat rasa hormat dari orang lain, maka ketika tidak dihormati kamu akan sedih. Senang dipuji berarti kesedihan saat dihina. Jadi semakin banyak keinginan yang membuatmu senang, akan semakin banyak juga kesedihanmu.

Kita hidup di dunia hanya sementara saja, seperti orang yang sedang berkelana menuju tempat tujuannya. Orang yang sedang berkelana tentu tidak akan terlalu mencari kesenangan di hutan belantara perjalanannya. Begitupun kita, jangan sampai terlalu mencari kesenangan di tempat singgah kita ini, karena memang kita cuman lewat.

Rumus hidup jarang sedih ini bisa diterapkan oleh siapapun. Sebisa mungkin kita tidak perlu bahagia terhadap hal-hal yang tidak perlu, bahkan bisa membahayakan kita. Siapa yang tidak tahu bahaya dipuji? atau bahaya ambisius, haus rasa hormat. Hal-hal yang tidak penting seperti itu malah kita jadikan batasan kebahagiaan kita.

Makna lain yang bisa kita petik dari kalam ini adalah semakin mudah kita bahagia terhadap hal-hal yang mudah maka akan semakin sedikit kesedihan kita. Penghafal Quran misalnya, kalau dia bahagia hanya ketika lanyah, maka pasti akan sering merasakan sedih, karena memang lanyah itu bukan hal yang mudah. Berbeda jika ia bisa bahagia karena sudah diberi rezeki nderes hari ini, walaupun cuman 1 juz. Setiap selesai membaca Qurannya dia akan merasa bahagia, karena memang nderes itu rezeki. Banyak orang yang tidak diberi gerakan hati untuk nderes. Atau kita bisa bahagia ketika mulut kita masih bisa berdzikir menyebut asma-Nya. Kebahagiaan-kebahagian mudah ini bisa kita temukan di kehidupan sehari-hari. Nikmatnya Allah itu banyak tak terhitung, jadi kita bisa bahagia dengan hal-hal yang mudah.


Hidup minimalis dengan tidak membatasi kebahagiaan dengan hal-hal yang besar itu sangat mungkin dilakukan. Seperti yang sudah dikatakan, nikmat-Nya tak terhitung, setiap detail kecil pasti kita bisa bahagia dengan itu. Bagusnya hidup minimalis ini, kita jadi bisa sering ingat mati. Karena kalau kita membatasi minimal bahagia dengan hal-hal besar yang butuh perjuangan dan waktu, artinya kita masih yakin kita akan hidup di masa kita menyelesaikan perjuangan itu. Kalau hidup minimalis, kita bahagia dengan hal-hal kecil, bisa lebih mengingat bahwa belum tentu kita bisa hidup sejam kedepan. Kita bersyukur dengan apa yang bisa kita raih sekarang ini, sekecil apapun hal itu. Karena belum tentu sejam kedepan kita masih bisa hidup dan merasakan nikmat itu lagi.

Jangan berpikir dengan hidup minimalis seperti tadi maka kita tidak akan menemui kesedihan. Kesedihan itu tetap harus ada dalam kehidupan kita. Kadang kesedihan mengajarkan apa yang tidak diajarkan kebahagiaan. Hidup di dunia ini tidak lepas dari kesedihan, hidup yang bahagia terus hanya ada di surga. Jadi kita memang tidak bisa menafikan kesedihan dari hidup kita, kita hanya meminimalisir. Wong sudah diminimalisir dengan rumus di atas saja masih ada saja kesedihan yang menghampiri, apalagi tidak diminimalisir.

Tetapi tentu kebahagian dengan hal-hal yang mudah akan berbeda rasanya dengan kebahagian setelah perjuangan sulit. Tinggal pilih passion kalian di mana. Mau bahagia dengan hal-hal kecil, atau dengan hal-hal yang butuh perjuangan. Manusia berbeda-beda tipenya, pilih ini atau itu pasti baik kalau niatnya baik.

-Gaza Satria Lutfi

Komentar

Populer

Dosa Besar Sehari-hari

Pesantren Melek Zaman

Sibuk, apa itu?

Setiap Orang Punya Keindahan, Lho

Perempuan Dan Perasaan