Naik-Turunnya Iman
Kadang manusia suka lupa. Ketika ia sedang dalam keadaan terpuruk, ia mengingat Allah serta segala dosa-dosanya, bahkan bisa dibilang hiperbola dalam menilai kekurangan-kekurangannya. Seakan-akan yang ada dalam dirinya hanyalah kekurangan, yang dipikirkan hanyalah kekurangan dan dosa-dosanya.
Sekilas terlihat benar, bahwa manusia harus mengingat dan melihat kekurangannya agar bisa memperbaikinya. Tapi apakah berlarut-larut itu hal yang baik? Apalagi dalam hal mengingat kekurangan dan dosa. Sampai lupa dalam keadaan seperti itu pun Allah tetap memberi nikmat-Nya, serta tidak mencabut kelebihan yang diberikan-Nya. Seakan-akan yang diberikan oleh Allah hanyalah takdir berupa kekurangan dan berupa perbuatan dosa.
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَ ٰلِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ
"Katakanlah (Muhammad), 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan'."
In Parallel Universe, ada yang sedang dalam keadaan tinggi, seakan-akan dia tidak mempunyai kesalahan. Kalaupun ada hanya sedikit, itu pun tak tampak sebagai kesalahan. Imannya sedang naik, ibadahnya sedang meningkat, dan semangatnya sedang menggelora. Saking hebatnya dan besarnya, kesalahan yang dianggap kecil pun tidak terasa muncul dalam hatinya. Melihat orang yang melakukan kesalahan merasa kasihan, 'kalau saja dia seperti aku' bathinnya mengucap. Tidak terasa penyakit hati paling tua telah muncul dalam dirinya, sombong.
Sombong terasa kecil dihadapan ketaatan dan ibadahnya yang sedang meningkat pesat. Apakah dia tidak tahu, bahwa Allah memaafkan Nabi Adam karena ketawadhuan beliau mengakui dosanya, dan tidak dengan iblis karena kesombongan untuk mengakui kesalahannya.
Apakah dia juga tidak tahu, bahwa peningkatan imannya adalah bagian dari takdir? Begitu juga dosa yang dilakukan oleh orang lain adalah bagian dari takdir. Semua sudah ditulis, jauh sebelum dia membaca tulisan ini. Bahkan jauh sebelum dia ada. Lalu apa yang mau disombongkan kalau ternyata itu hanyalah sekenario.
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ٢٢ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ
Ya begitulah hidup, ada saat di mana kita sedang mengalami peningkatan, dan saat di mana kita mengalami penurunan. Semuanya harus ditanggapi secara tepat, dan cerdas. Ketika sedang mengalami peningkatan iman, jangan lupakan kekurangan, dosa kalian. Begitu juga ketika sedang mengalami penurunan, jangan lupakan nikmat dan kelebihan yang bahkan tidak dicabut oleh Allah.
-Gaza Satria Lutfi
Komentar
Posting Komentar