Hidup Itu Memori Dan Pertunjukan
"Hidup ini tentang memori" kataku dengan lantang. Dio menjawab "Hidup ini adalah pertunjukkan".
Memori dan pertunjukan dua hal yang saling berkaitan, atau harus aku katakan pertunjukan dan memori agar urutannya benar? Kedua hal ini adalah salah satu inti kehidupan di dunia ini. Pagi hari ini aku tak sengaja membuka surat-surat yang diberikan pada ku 4 Desember 2021, entah isinya apa tapi tiba-tiba aku nyeletuk kalimat di atas yang langsung disahut oleh Dio.
Benang takdir yang sedang ditenun pun tak mau kalah, malamnya aku merampungkan series TV Sherlock Homes yang isinya penuh dengan "Memori". Memori adalah hal berharga bagi manusia. Apapun isinya, setidaknya ia memunculkan kebahagiaan jika itu baik atau pelajaran jika itu buruk. Mengingat memori itu tak beda rasanya dengan mengalaminya pada saat pertama. Nostalgia selalu memiliki sihir bagi kita untuk memberi rasa persis dengan yang pertama kali kita dapatkan.
Entah kecenderungan atau watak bawaan, tapi manusia selalu menyimpan lebih banyak memori baik dan mengubur lebih banyak memori buruk. Selalu saja yang dikatakan oleh teman-teman sebayaku "Andai aja aku bisa kembali seperti anak kecil" , "Enak ya jadi anak kecil, hidup tanpa beban". Bukankah itu menunjukan kecenderungan kita bahwa gambaran besar masa lalu yang kita simpan itu lebih banyak berupa memori baik.
Nostalgia kebahagiaan dapat memberi kita semangat, suntikan gairah, dan juga moodbooster bagi kita. Mengingat masa kecil yang penuh kebahagiaan, penuh tawa tanpa beban yang dipikul di pundak adalah impian kita sekarang. Namun kalau diingat-ingat kembali bukankah ketika kecil kita juga memiliki "konflik" yang membuat masa kecil kita juga tak nyaman? Bertengkar dengan teman, tidak bisa membeli mainan yang kita inginkan, berebut tendangan penalti, dan sebagainya. Tentu banyak hal-hal yang membuat masa kecil kita tak nyaman. Itulah yang sejatinya membentuk diri kita yang sekarang. Sikap kita terhadap konflik tersebut mengarahkan kita kepada watak yang akan terbentuk di kemudian hari.
Saat ini kita sedang mengalami masa sulit, masa penuh konflik seakan tak ada kebahagiaan di dalamnya. Seakan dunia berbalik 180 derajat dengan masa kanak-kanak kita. Kehidupan sebelumnya penuh dengan canda-tawa yang dibumbui dengan konflik-konflik kecil, menjelma menjadi penuh konflik yang dibumbui canda-tawa kecil. Kalau memang begitu adanya dan seperti itu keadaannya, mari kita membuat konflik ini menjadi kenangan yang indah.
Kesulitan dalam hidup sejatinya adalah alat pembantu yang menjadikan diri kita semakin kuat. Sama halnya seperti barbel yang membuat masa otot kita semakin padat. Tinggal bagaimana kita menyikapi barbel tersebut, akan kita angkat dengan mengeluh akan beratnya barbel ini atau bersemangat karena tahu otot kita akan terbentuk. Dan jangan lupa "Hidup ini adalah pertunjukan", lihatlah pertunjukan yang indah dengan sutradara yang tidak akan mengecewakan kalian. Kelak pertunjukan-pertunjukan ini akan menjadi memori yang kita saksikan sendiri di akhirat kelak. Kalau pertunjukan kita bagus, maka kita akan menikmati memori indah dengan bersantai di bawah pohon surga yang mengalir sungai-sungai di hadapan kita. Tapi kalau pertunjukan yang kita akan tontonkan buruk, makan kita akan menikmati penyesalan yang mungkin tidak ada gunanya lagi. Kalau penyesalan itu tak berguna tapi terus kita sesali, bagaimana ya rasanya~
Nauuzubillahi min dzalik
-Gaza Satria Lutfi
Komentar
Posting Komentar