Waktu Yang "Hilang"

Photo by <a href="https://unsplash.com/@jontyson?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Jon Tyson</a> on <a href="https://unsplash.com/images/things/clock?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a>

Kalau ada seseorang menawarkan kamu sebuah kotak hadiah yang di dalamnya terdapat segala sesuatu yang pernah hilang dari kamu. Apa yang akan kamu lihat terlebih dahulu?

Tidak ada. Aku pikir-pikir, pada akhirnya, semuanya hilang karena sebuah alasan.

Semakin dewasa, Aku semakin menyadari bahwa hidup itu tentang "Menggenggam dan Melepas". Menggenggam segala sesuatu yang bermanfaat dan melepas segala sesuatu yang berbahaya. Terkadang juga ada sesuatu yang ingin aku genggam sampai akhir, tetapi pada akhirnya ia melepaskan diri dari genggamanku. Begitulah, tak semuanya yang kita inginkan selalu menjadi kenyataan.

Hari demi hari berlalu, habis juga jatah umur yang sudah diberikan kepadaku. Di sela-sela itu juga, banyak hal yang hilang dari kehidupanku, banyak sekali. Tentu pada saat kehilangan itu terjadi rasanya sakit sekali, apalagi itu adalah sesuatu yang kita anggap istimewa. Mas Milwan pernah mengajariku kata-kata, begini kurang lebihnya

Dari mana datangnya rasa kecewa? Dari dia yang kau anggap istimewa

ketika kita menganggap istimewa sesuatu, rasa sakit menjadi niscaya saat Allah menghendakinya hilang dari hidup kita. 

Kembali lagi ke pembahasan awal, banyak sekali yang hilang dari kehidupanku disertai dengan rasa sakit pada saat itu terjadi. Ketika sedang membaca timeline twitter, munculah cuitan di atas. Aku langsung berpikir, "Sepertinya Aku tidak menginginkan apa pun yang telah hilang dari Aku, 'dulu', untuk kembali lagi sekarang". Aku menyadari bahwa setiap yang hilang dari kita itu datang dalam wujud lain kepada kita. Terkenal, ucapan Imam Jalaluddin Ar-Rumi "Jangan bersedih, yang hilang darimu akan kembali dalam wujud lain". 

Ketika kita kehilangan teman, maka akan datang wujud lain kepada kita, misalnya kedamaian. Teman yang menjauh dari kita tentu saja modelan teman yang mengusik kedamaian hidup kita, kan? Contoh lain, ketika kita kehilangan "Kemenangan", maka akan datang wujud lain kepada kita, misalnya tekad yang kuat untuk berkembang. Apa pun itu, kehilangan pasti memberikan kita sebuah pelajaran. Jadi, tidak ada yang benar-benar hilang dari kehidupan kita, semuanya kembali dalam wujud lain. Maka dari itu, melihat cuitan itu, Aku sama sekali tidak ingin apa pun kembali, Aku sudah mencukupi dengan apa yang kupunya sekarang.

Kecuali, Waktu. Andai saja salah satu kotak hadiah itu ada yang berisi waktu yang "hilang" dalam kesia-siaan, keburukan, pembangkangan ataupun lainnya. Aku mungkin akan sangat senang untuk membukannya, bahkan memilikinya kembali. 

Waktu adalah hal yang sangat berharga bagi setiap manusia. Tidak ada orang yang sudah mati kecuali di dalam kuburnya ia meminta waktu tambahan untuk kembali ke dunia. The problem is you think you have a time, quote yang bersliweran di twitter dengan berbagai bentuk diksinya. Artinya kurang lebihnya begini "Masalah yang kita miliki adalah kita berpikir kita punya waktu". Tentu saja, orang yang berpikir dia masih punya waktu dan umur yang panjang akan santai-santai dalam hidupnya. Tidakkah kita lihat orang yang memiliki deadline 3 bulan akan cenderung bermalas-malasan. Namun, ketika tiba waktunya tinggal 3 hari, dia akan tiba-tiba sangat rajin.

Aku jadi ingat kaidah fiqh berbunyi

إذا ضاق الأمر اتسع، وإذا اتسع ضاق

Ketika sesuatu itu sempit, maka akan terbuka lebar segala jalan.
Tapi ketika jalan itu terbuka lebar, maka akan menjadi sempit

Gambarannya, ketika jalan yang kita lalui terdapat berbagai rintangan, maka kita akan mendapati ribuan cara untuk melewati jalan tersebut. Tapi ketika jalan kita terbuka lebar, maka kita hanya punya pilihan satu jalan, yaitu jalan lurus terus.
Penerapannya mungkin berbeda, tapi konsep yang dibawa sama dengan apa yang barusan aku jelaskan.

Orang yang merasa masih bisa hidup sampai 60 tahun tahun, 30 tahun, atau setahun ke depan saja, potensi untuk memunculkan sifat malas dan menyia-nyiakan waktu itu tinggi. Ia merasa masih memiliki banyak waktu untuk melakukan itu nanti, sampai pada tiba saatnya dia tak memiliki waktu lagi, barulah ia menyadari betapa penting waktu yang dulu telah hilang. 

Mari kita bayangkan, hari ini adalah hari terakhir kita hidup. Ya, benar-benar hari ini, dan misal kita menetapkan kematian kita pada saat waktu Isya nanti. Apa yang akan kita lakukan? Tentu kita akan mencari dan melakukan segala hal yang bermakna bagi hidup kita. Dengan sepenuh tenaga, kita akan berusaha menikmati dan tidak menyia-nyiakan waktu kita yang tinggal menghitung jam. Inilah konsep INGAT KEMATIAN yang sering dibahas di dalam tassawuf, yang kata orang-orang ilmu tassawuf itu membuat manusia menjadi malas dan stagnan. Omong kosong macam apa itu.

Penjelasan barusan bisa kita masukan juga ke dalam إذا ضاق الأمر اتسع, ketika kita merasa tidak punya waktu maka akan terbuka segala jalan untuk melakukan apa yang terbaik. Konsep ini persis seperti apa yang dikatakan oleh Vilfredo Pareto mengenai 20%-80%, yang biasa disebut Pareto Principle.

Salah satu contoh mengenai prinsip pareto, 80% kebahagiaan kita itu datang dari 20% apa yang kita lakukan. Artinya 80% lainnya yang kita lakukan itu tidak benar-benar membuat kita bahagia, atau bisa dibilang hanya memberikan 20% kebahagiaan kita. Lebih jelasnya, kalian bisa mencarinya di google tentang Pareto Principle.

Hidup di dunia cuman sementara, hidup kita yang kekal itu di akhirat. Sering dengar kata-kata itu? Tapi apakah kita benar dalam memaknainya? Coba Aku pakai sudut pandangku tentang makna yang aku dapat dari kata-kata itu.

Ada dua batu, yang satu batu kerikil biasa, bisa ditemukan di mana saja, siapapun bisa mengambil dan memilikinya, jumlahnya pun tak terbatas. Batu satunya lagi adalah Batu Berlian Merah Delima yang jarang ditemukan, dan kuantitas keberadaannya hanya sedikit sekali. Mana yang lebih berharga? Yang kuantitasnya unlimited atau yang jarang ditemukan sehingga ia menjadi batu yang istimewa.

Di dunia, orang yang bisa mengenal dan mengetahui kebesarannya Allah, mereka hanya sedikit. Di akhirat, semua orang pasti mengetahui kebesaran-Nya. Di dunia ini, orang bisa menunjukan bagaimana rasanya berjuang di jalan-Nya, di akhirat orang hanya mengangan-angan "Andai saja aku beribadah lebih, pada saat Aku masih di dunia ". Waktu 60 tahun di dunia, jika memang kita sampai umur segitu, sangatlah tak ternilai harganya. Bahkan kalau pun seluruh kekayaan yang ada di bumi ini dikumpulkan jadi satu, kita masih tak bisa membeli waktu, walau satu tahun tambahan saja untuk masih berada di dunia. Jadi, pemberian terbesar bagi kita adalah waktu. Barang yang paling berharga untuk kita adalah waktu. Di mana pun kita berada, waktu adalah barang berharga yang harus selalu kita jaga. 

Dunia menjadi buruk adalah ketika ia memalingkan kita dari Allah, menjauhkan kita dari mengenal-Nya atau menyadari segala kebesaran-Nya. Dunia yang penuh ketidak-fokusan untuk menghadirkan Allah di dalam hati, itulah dunia yang kita cela. Sedang dunia dengan makna waktu terbatas yang kita punya, itu adalah barang kita yang sangat berharga. Kita harus memaksimalkan kehidupan kita dunia.

Dunia itu spesial karena di dalamnya ada perjuangan. Rasa sakit yang kita terima, keteguhan yang kita lestarikan, tekad yang kita jaga di dalam segala keruwetan dunia, itulah yang spesial. Kita berjuang melawan rasa sakit hanya demi menunjukan kepada Allah bahwa kita benar-benar berjuang di jalan-Nya, itu hanya bisa kita lakukan ketika di dunia. Jadi, setiap detik di dunia itu sangat berharga. Marilah kita bijak menggunakannya. Dan semoga kita semua diberi petunjuk dan taufiq untuk menjadi orang-orang yang beramal shalih serta saling mengingatkan kepada jalan kebenaran, serta saling mengingatkan untuk bersabar dalam menjalani kehidupan di dunia. Aamiin.


-Gaza Satria Lutfi

Komentar

Posting Komentar

Populer

Dosa Besar Sehari-hari

Pesantren Melek Zaman

Sibuk, apa itu?

Setiap Orang Punya Keindahan, Lho

Perempuan Dan Perasaan