Tenang Yang Lebih Mahal Dari Senang

 

Tenang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna "Tidak gelisah; Tidak rusuh; Tidak kacau". Adapun ketika berkaitan dengan air maka maknanya adalah "Tidak berombak". Senang dalam KBBI adalah "Puas dan lega; Tanpa rasa susah dan kecewa". Bisa dilihat bahwa kedua kata ini memiliki kaitan antar satu dengan yang lain. Ketika kita tidak gelisah artinya kita sedang puas dan lega atas apa yang terjadi. Ketika hidup tidak kacau biasanya kita akan jauh dari rasa susah dan kecewa.

Ketenangan dan kesenangan adalah harapan serta tujuan setiap makhluk hidup di muka bumi. Kesenangannya hewan misalnya adalah makan, minum, tidur, dan sebagainya. Beda lagi dengan kesenangannya setan yaitu melakukan tipu daya, menyesatkan manusia dan menyebarkan kemungkaran.

Manusia sendiri punya beragam kesenangan yang sesuai dengan karakter dan tabiatnya masing-masing. Orang yang introvert akan senang untuk sendirian dan menjauhi keramaian, berbeda dengan mereka yang ekstrovert yang tak nyaman dengan kesendirian. Mereka yang biasa menggunakan logika akan geram dengan orang yang selalu menggunakan perasaannya ketika memutuskan sesuatu. Begitu pun mereka selalu menganggap orang yang selalu menggunakan logika tak berperasaan.

Di balik banyaknya perbedaan tersebut, kita sepakat bahwa setiap orang hidup untuk mencari ketenangan dan kesenangannya masing-masing. Ini adalah fitrah setiap manusia yang telah ada sejak dulu. Bedanya dengan zaman dulu hanya wasilah dan cara untuk mendapat keduanya saja yang berbeda.

Ketenangan selalu lebih mahal daripada kesenangan. Bahkan bisa dibilang setiap ketenangan pasti membawa kesenangan tapi tidak sebaliknya. Dewasa ini, banyak kesenangan-kesenangan sesaat yang malah membawa kita kepada lawan kata "Ketenangan". Kesenangan tersebut juga makin mudah didapatkan di mana saja dan kapan saja. Padahal kesenangan instan seperti ini biasanya buruk. Fast food, social media, game adalah beberapa dari kesenangan yang mudah untuk didapatkan.

Bayangkan, kalau kita mau makan sehat, itu ribet sekali. Kadang harus menyiapkan ini-itu, memotongnya, memasaknya dengan sabar dan yang terakhir rasanya tidak seenak fast food. Kalau kita ingin dopamine, kita harus berolahraga, berjalan-jalan melihat alam sekitar, melakukan hobi, yang semuanya terlihat ribet dan butuh beberapa syarat, sedangkan dengan social media dan game kita bisa langsung dapat dopamine secara instan.

Kita tahu bahwa ketenangan harganya lebih mahal daripada kesenangan. Tapi, sayangnnya kita sering kali lebih memilih kesenangan ketimbang mencapai ketenangan. Memang benar, mencapai ketenangan biasanya harus dilakukan dengan rasa lelah dan capek seperti contoh di atas. Namun, bukannya kesenangan kalau dilakukan terus-menerus malah akan membuat kita capek dan bosan juga? Sebagaimana seorang penyair berkata

وَلْيَغْدُ فِيْ تَعَبٍ يَرُحْ فِيْ رَاحَةٍ
إِنَّ الأُمُوْرَ مُرِيْحَهَا في المُتْعِبِ

Berpagi-pagilah dengan rasa lelah
Maka kamu akan pulang sore dengan rasa nyamannya istirahat
Sesungguhnya setiap perkara yang memberikan kenyamanan adalah yang memberikan rasa lelah

Dia berkata bahwa segala perkara yang membuat kita nyaman, tenang, dan rileks adalah perkara-perkara yang memberi kita rasa lelah. Tentu secara logika pun ini bisa diterima. Setiap kita selesai melakukan sesuatu yang berat dan sangat melelahkan, bukannya setelahnya kita akan merasakan nikmat yang luar biasa ketika beristirahat? Kalau kita seharian melakukan kegiatan full, bukankah tidur malam akan lebih nikmat dari biasanya. Kalau kita puasa, bukankah makan buka akan lebih enak daripada di hari lain?

As Madara said:
Wherever there is a light there will always be shadows to be found as well

Jadi, sebenarnya ini mungkin bias dan ilusi yang tidak kita pahami selama ini. Baik-Buruk, Senang-Susah, Tenang-Capek, Bahagia-Sedih adalah dua hal yang saling menguatkan satu sama lain. Tidaklah kesedihan yang luar biasa kecuali setelahnya pasti ada rasa syukur yang melebihinya. Pun begitu, capek yang luar biasa akan diiringi dengan tenang yang melebihi itu saat istirahat. Bukankah begitu kita hidup di dunia ini? Semua kesalahan, jatuh, kegagalan kita adalah hal-hal yang menguatkan kita dan menjadikan kita hebat seperti saat ini?

Sekarang, apakah kita masih harus takut untuk menghadapi yang namanya capek, susah, bosan, ketika kita sedang mencari ketenangan? Atau memang yang kita cari hanya kesenangan belaka? Ada yang pernah berkata "Sukses adalah kemampuan untuk membedakan apa yang 'sangat' kita inginkan dan apa yang 'sedang' kita inginkan". Juga ada yang berkata "The harder the man is on himself, the easier life is to him". 

Ketenangan setiap orang berbeda-beda. Tapi, masing-masing dari kita pasti mengenalinya dan rata-rata adalah hal-hal yang baik dan memberikan kita sense of growth. Setelah sholat, semua orang pasti merasa tenang, bedanya di setiap orang adalah berapa lama ketenangan itu bertahan. Setelah belajar atau membaca buku, semua orang pasti merasa tenang. Setelah berzikir, ngaji, olahraga, dan sebagainya. Tapi, kadang, terjadi pra-konsepsi di kepala kita bahwa hal-hal tersebut membosankan, melelahkan, tidak seru, tidak memberikan kesenangan dan sebagainya.

Komentar

Populer

Dosa Besar Sehari-hari

Pesantren Melek Zaman

Sibuk, apa itu?

Setiap Orang Punya Keindahan, Lho

Perempuan Dan Perasaan