Aku Azhariy Dan Aku Adalah Seorang Gamer
Gambar dibuat oleh OpenAi - DALL-E
Sejak saat itulah aku menjadi maniak game. Apalagi pada tahun 2007 sepupuku yang tinggal di samping rumahku, dibelikan Personal Computer (PC) oleh Pakdheku. Kami kemudian bermain bergantian pada PC tersebut. Saat itu game-game yang kami mainkan adalah Platypus –yang kabarnya tahun ini rilis Platypus 2, Claw, Lemonade Tycoon, dan game lainnya yang ada di satu folder bernama Game House. 2 Tahun berselang giliran aku yang dibelikan PC oleh orang tuaku. Wah, senangnya hati pada saat itu. Dulu jika ingin bermain, harus menunggu sepupuku pulang dari sekolahnya tapi sekarang aku bisa bermain sepuasnya di rumah kapan pun aku mau.
Namun, entah mengapa orang tuaku hanya membelikan aku PC, sedangkan yang aku ingin sebenarnya adalah PS. Mungkin niatnya adalah sekalian aku mempelajari komputer dan software yang ada di dalamnya sehingga pada saat dibutuhkan nanti aku sudah ahli dalam menggunakan komputer. Kalau PS kan orientasinya hanya game saja. Itu mungkin maksud dari orang tuaku dulu. Dan benar saja, sekarang aku bisa dikatakan ahli dalam memegang perangkat komputer, mengotak-atiknya dan cepat dalam mempelajarinya. Yaaa, walaupun sampai sekarang masih mau dibelikan PS, Pak, hihi.
Tahun 2010, adalah masa kejayaan Warung Internet (warnet). Walaupun aku sudah mempunyai PC di rumah, aku merasa tidak puas karena tidak bisa menyambungkannya ke internet. Padahal, di luar sana teman-temanku sudah menjamah game online seperti Point Blank, Lost Saga, Ninja Saga, Social Empires, dan sebagainya. Oleh karena itulah, aku mulai pergi ke warnet untuk memainkan game online bersama teman-temanku. Menjalankan misi, menaikkan pangkat sampai mengasah skill untuk menjadi yang terhebat di antara mereka. Dulu seingatku ketika main Point Blank, Lost Saga, kami tidak terlalu mementingkan berapa banyak point yang kita dapat dari hasil kill, sehingga kami tidak mengenal istilah beban, dark sistem atau apalah itu. Tapi entah mengapa sekarang kok banyak ya istilah seperti itu. Mungkin esensi dari bermain game yaitu untuk bersenang-senang sudah hilang. Dulu kalau kita kalah terus, kita tidak menyebut istilah Lose Streak. Kita hanya melupakan dan lanjut ke game selanjutnya, itu saja.
Tahun 2013, akhirnya aku dibelikan laptop sekaligus dengan modemnya untuk menyambungkan perangkat ke internet. Wah, makin senang dong. Tidak perlu ke warnet, cukup di rumah dan memainkan game online seperti biasanya. Yaaa, sekali lagi mungkin niat orang tuaku adalah mengenalkanku kepada internet agar nanti bisa berguna di kemudian hari. Dan benar saja, aku kenal dengan dunia internet dengan segala perangkatnya. Dengan modal otodidak, otak-atik sendiri, aku hampir bisa menguasai apa saja yang berkaitan dengan internet, dulu.
Tahun 2016, tibalah waktuku untuk berpisah dengan game-game kesukaanku karena aku harus mondok dan mendalami agama di sana. Pada saat itu, aku tidak berat untuk meninggalkan segala kesenangan gameku, karena memang yang meminta untuk melanjutkan pendidikan di pondok adalah aku sendiri. Aku sendiri mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Pesantren yang telah sukses mendidikku sehingga aku bisa kuliah di Al-Azhar, Mesir, saat ini. Pesantren yang mengubah hidupku 180 derajat menjadi lebih baik. Eh, tapi, hehe, selang setengah tahun aku berada di pondok, ternyata pondokku tidak terlalu ketat. Artinya tidak ada larangan dan kekangan untuk tetap berada di pondok dan tidak keluar dari wilayahnya. Dan kebetulannya, 500 meter dari pondok ada warnet.
Duh, disclaimer dulu ya, biar tidak salah paham. Krapyak itu bukan pondok yang bebas, mau apa saja silahkan, tidak-tidak! Di sana tetap ada aturan mengaji, sekolah, absensi dan sebagainya, layaknya pondok-pondok lain. Tetapi yang membedakan adalah Krapyak tidak mengekang santrinya untuk keluar mengeksplor wilayah sekitar, berserawung dengan warga dan memahami budaya masyarakat yang ada. Lagian, aku ke warnet bukan untuk mangkir dari kegiatan, kok. Aku ke sana pasti setelah selesai kegiatan ataupun hari libur mingguan, Jumat. Di fase inilah, aku mulai kenal dengan game DotA 2, game Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) pertama yang aku mainkan sebelum Mobile Legends (ML). Krapyak, Yogyakarta, selain memfasilitasi kebutuhanku akan ilmu agama, ternyata di sana jiwa untuk menjadi gamer masih bisa terpenuhi. Aku masih bisa bermain game dengan dosis yang tepat sesuai dengan padatnya kegiatan yang ada di sana. Dunia per-game-an ini masih berlangsung sampai sekarang. Terhitung hampir 20 tahun aku menjadi gamer dan senang terhadap game. Bahkan setelah di Azhar, aku masih menjadi gamer.
Panjangnya muqoddimah di atas adalah untuk menunjukkan bahwa aku seorang gamer sejati dan itu tidak menjadikkan aku bodoh, malas, ataupun tak berpendidikan. Bahkan aku bisa menjadi 20 besar dari 5000 orang yang tes untuk mendapatkan beasiswa Azhar. Aku juga lebih pandai membaca teks Inggris daripada rata-rata orang. Kecepatan reaksiku juga berada di atas rata-rata. Skill kepemimpinanku juga tidak buruk. Komunikasiku pun tidak kurang dari yang lain.
Pengembangan Diri
Jonathan Haidt ketika membahas perbedaan antara laki-laki dan perempuan pernah berkata seperti ini:
Agensi muncul dari perjuangan seseorang untuk berbeda dari yang lain, mengembangkan diri, dan mencari kualitas diri seperti keefisienan, kecakapan diri serta ketegasan. Komuni muncul dari perjuangan seseorang untuk menyatukan diri ke unit sosial yang lebih luas dengan cara peduli terhadap orang lain, dan mencari kualitas diri seperti kemurahan hati, kooperatif serta empati.
Haidt mengatakan bahwa agensi adalah sifat yang biasanya dimiliki laki-laki. Itulah mengapa gamer kebanyakan adalah laki-laki karena di dalam game ada sebuah sistem yang mengharuskan pemainnya untuk mengembangkan karakternya, meningkatkan kapasistas kekuatannya sampai cukup untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat. Itu adalah sifat-sifat yang erat kaitannya dengan "agensi".
Pengembangan karakter adalah salah satu aspek penting yang ada di setiap game, terutama kategori Role Play Game (RPG). Entah itu berupa level, poin kekuatan, senjata, ataupun perluasan wilayah. Oleh karena itulah mengapa isi kepala seorang gamer dipenuhi dengan bagaimana cara karakternya bisa lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana ia bisa menaikkan kekuatan karakternya agar bisa melawan bos yang sedang menunggu di depan. Bagaimana karakternya bisa bertahan di dunia virtual yang semakin lama semakin kuat musuh-musuhnya.
Dengan begitu, secara tidak langsung video game membentuk mental seorang gamer menjadi seseorang yang haus akan perkembangan. Dalam kasus di Real Life (RL), mental yang seperti ini membuat seseorang mencari cara untuk mencapai titik terbaik dirinya. Ketika masalah datang, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai titik di mana ia bisa menyelesaikan masalah tersebut layaknya mengalahkan bos dalam permainan.
Di dunia ini, tidak ada penyakit yang lebih membunuh masa depan seseorang ketimbang kepuasan terhadap diri sendiri. Orang yang berpuas dengan dirinya sekarang akan cenderung tidak berkembang dan stuck pada satu posisi. Ketika ia merasa nyaman dengan hidupnya, tidak merasa butuh untuk mengembangkan diri dan menambah ilmu, tentu ia tidak perlu melakukan apa-apa, kan? Padahal dalam Islam kita diajarkan,
atau kita juga sering mendengar
Barang siapa yang hari kemarin sama dengan hari ini, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia adalah orang yang terlaknat
Masih berkaitan dengan mental untuk berkembang, aku juga mengamati fenoma unik yang terjadi dalam dunia ML akhir-akhir ini. Seorang streamer/youtuber ML yang terkenal dengan konten analisisnya lebih ramai ketimbang seorang yang terkenal hanya dengan konten hiburan semata. Sebutlah streamer dengan nama akun Youtube Set1awanade, yang dalam satu tahun ini dapat mencapai 900ribu subcribers. Puncaknya adalah ketika Oktober dan Desember 2024 yang ketika itu diadakan Mobile Profesional League (MPL) Season 14 serta M-6 atau kejuaran dunia ML yang ke-6. Mas Ade (panggilan akrab untuk set1anwanade) adalah streamer yang memang terkenal dengan analisisnya ketika melakukan re-stream terhadap pertandingan profesional ML. Ia dulu merupakan mantan analis dari tim E-Sport Evos Legends yang berhasil memenang M-1, kejuaran dunia ML yang pertama. Selain itu ada R7, mantan EXP Laner dari tim RRQ Hoshi, yang mendapat tambahan 1 juta subcribers pada tahun ini juga. R7 juga dikenal sering memberikan konten-konten gameplay dan analisis di channel youtubenya.
Mari kita melihat data streamer dengan penonton terbanyak pada pegelaran M6 yang digelar awal Desember kemarin.
Ya betul, Mas Ade dan R7 menjadi dua streamer tertinggi yang paling banyak diminati untuk ditonton. Fenomena ini terjadi bukan tanpa sebab. Seperti yang sudah dijelaskan di awal tadi, mental seorang gamer terbentuk menjadi seseorang yang haus akan pengembangan diri. Ia mau menjadi pelajar yang haus akan ilmu baru. Salah satu kehausan tersebut bisa ia legakan dengan menonton streamer-streamer yang menyediakan konten analisis terhadap gameplay serta pertandingan secara keseluruhan.
Dr. Kris Alexander dalam salah satu sesi di TED pernah mengatakan begini:
Twitch memiliki rata-rata 2,7 juta penonton secara bersamaan. Itu adalah jumlah yang banyak bagi orang-orang yang termotivasi untuk belajar
Twitch sendiri adalah sebuah platform yang menampilkan para streamer yang sedang memainkan video game. Seperti yang dikatakan Dr. Kris Alexander, para penonton twitch adalah orang-orang yang termotivasi untuk belajar, untuk menjadi lebih baik, dan untuk mengembangkan diri. Sebagai informasi, Dr. Kris adalah seorang yang mendapat gelar PhD dalam bidang video games.
Game Dan Objektifnya
Objektif atau tujuan dalam sebuah game adalah aspek penting yang dimiliki setiap game. Menghancurkan tower dalam game ML, menyusun balok dalam game tetris, mengisi angka yang kosong dalam game sudoku, mengalahkan bos dalam game Genshin Impact, dan tujuan-tujuan lainnya dalam sebuah game, adalah poin penting kenapa game bisa menarik dan memunculkan passion seseorang. Bayangkan kalau sepak bola tidak memiliki objektif dan hanya sekedar menendang bola kesana kemari, tidak mungkin ia menjadi olahraga nomor 1 di dunia sekarang ini, ya karena membosankan. Sepak bola menjadi menarik karena sebuah objektif yaitu membuat bola melewati garis gawang lawan yang kita namakan sebagai "gol". 22 orang akan bertahan dan menyerang setengah mati untuk mencapai tujuan tersebut. Membutuhkan skill, kecerdasan, serta kerjasama untuk merealisasikan tujuan tersebut. Beigtu juga sebuah objektif dalam game yang membuat sebuah game menarik dan memacu adrenalin. Kalau kita gagal kita akan dilabeli sebagai pecundang, kalau menang akan menyandang gelar pemenang.
Mengutip Dr. Kris yang mengatakan bahwa "Sebuah game itu mengajari kita untuk: Mulai dari sini, lakukan hal-hal ini dan kemudian kalian akan mendapat hal-hal ini". Konsep yang seperti ini sebenarnya juga terjadi di RL. Mulai dari berangkat pagi, dengarkan guru dengan baik, lalu kita akan mendapatkan ilmu. Mulai dari duduk di kantor, lakukan tugas dengan baik, lalu kita akan mendapatkan uang. Bagi gamer, hal seperti ini sudah menjadi bagian dari mentalnya karena memang di dalam game ia sudah terbiasa untuk melakukan sesuatu secara objektif. Jadi tentu gamer akan lebih terbiasa dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan di RL yang ia jalani.
Akhir-akhir ini banyak anak muda merasakan hidup yang tidak ada rasanya. Hidup yang terasa tak berguna. Tak bisa memaknai hidup. Dan tak tau hidup itu untuk apa. Fenomena "hampa" seperti ini agaknya diakibatkan oleh tidak adanya passion dalam diri seseorang yang membangkitkan motivasi untuk melakukan sesuatu. Seorang yang tidak memiliki passion dalam hidupnya akan merasakan kekosongan di dalam hatinya. Hidup yang mengalir saja seperti air tak selalu baik, bahkan air pun memiliki laut sebagai tujuan akhirnya.
Sebagai gamer, untuk menyelesaikan masalah seperti itu aku bisa melakukan gamefying, yaitu menjadikan sesuatu seperti game yang aku mainkan. Aku bisa menganggap bahwa dunia ini adalah game yang memiliki beberapa quest untuk dijalani. Ada daily quest yang harus dikerjakan setiap hari. Ada event quest yang hadir setiap hari besar tiba. Ada side quest sebagai tugas sampingan yang bisa menambah kekuatan kita. Aku juga punya item di dalam diri yang bisa aku enhance levelnya. Sebelum melakukannya tentu aku butuh bahan-bahan untuk itu. Untuk mendapatkan semua itu aku harus berpetualang menelusuri hutan kata yang ada di buku-buku hebat. Kalau item yang aku ehance levelnya sudah tinggi, maka bahan yang dibutuhkan pun semakin banyak dan langka. Begitulah gambaran seorang gamer yang menghadapi kehampaan dalam hidup dengan cara gamefying dunia ini.
Video Game Dan Otak Kita
Video game sendiri memiliki beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh seseorang guna bisa memainkan permainan dengan baik. Secara desain itu sendiri, video game teridiri dari campuran kompleks antara audio, teks, video dan interaktivitas yang dapat memperkuat fokus. Seseorang yang memainkan game menerima sejumlah informasi berupa suara, teks, dan video kemudian ia harus cepat mengolahnya di otak untuk kemudian mengirimkan perintah kepada tangan untuk menekan tombol tertentu sebagai reaksi dari informasi yang diterima tadi. Bayangkan, berapa informasi yang harus diolah dalam satu kali permainan dan berapa kali juga otak terlatih untuk mengolah informasi. Ini seperti olahraga otak yang dapat meningkatkan kemampuan, kecepatan dan ketahan otak itu sendiri.
Dalam kategori game aksi, apalagi yang dimainkan secara online bersama orang lain, seseorang harus membuat keputusan cepat dengan presisi yang akurat di tengah tekanan waktu yang ada. Ia harus menjaga fokus otaknya terhadap persepsi yang muncul dari stimulasi luar yang ada di dalam video game berupa visual dan audio. Setelah itu ia harus fokus pada satu objek yang harus ditembak di tengah banyaknya distraksi yang muncul seperti suara bom dari arah kanan, suara peringatan ancaman, musuh yang menembak dari belakang atau bahkan sampai posisi tembak yang belum tentu menguntungkan. Dari situ kita bisa melihat bagaimana game benar-benar telah menjadi exercise bagi otak kita. Tidak salah bila penelitian pada tahun 2022 mengatakan bahwa bermain video game berkaitan dengan peningkatan fungsi kognitif, kecepatan reaksi yang lebih tinggi, dan kapasitas memori otak yang lebih besar.
Dan karena kekompleksan dari video game inilah, mengapa pertandingan profesional game yang digelar biasanya memberikan waktu rehat setiap babaknya. Misalnya ML memberikan sekitar 10-15 menit waktu cooling down untuk para pemainnya sebelum melanjutkan ke ronde yang selanjutnya. Intensitas yang tinggi pada pertandingan profesional mengharuskan otak bekerja sangat keras dan fokus yang terjaga sepanjang game. Sepengalamanku juga sih, kalau bermain game sudah sangat lama apalagi tanpa diselangi jeda, pasti permainanku menjadi kacau dan kesempatan untuk menang lebih kecil. Pun juga, kalau aku bermain game setelah sholat, serasa lebih jago dan lebih bermain dengan objektif. Ya, karena sholat kan merefresh hati dan pikiran sehingga saat bermain pikiran bisa lebih fokus. Mungkin dari sini juga bisa diambil kesimpulan kenapa ada bahasa lose streak.
Lose streak adalah bahasa yang digunakan gamer untuk menunjukkan bahwa dia telah menelan kekalahan beruntun untuk beberapa pertandingan yang ia mainkan. Dalam kasus ini, banyak gamer ML yang menjadikan teman setimnya sebagai kambing hitam, bahasa yang mereka gunakan adalah dark sistem. Padahal kalau mau menganalisis game-game yang telah ia mainkan pada saat lose streak dengan cara melihat replaynya, pasti mereka akan menyadari bahwa kesalahan bukan cuma terdapat pada teman setimnya, melainkan ia juga melakukan beberapa kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi tim. Orang yang lose streak biasanya memainkan game berjam-jam tanpa ada jeda di antara ronde-rondenya. Akhirnya, fokus tidak maksimal yang berujung pada permainan tak objektif yang ia jalankan. Apalagi emosi setelah kalah berkali-kali menambah keruwetan yang terjadi pada otak. Jadi orang yang lose streak akan terus lose streak kecuali dia mengistirahatkan otaknya sejenak untuk mengembalikan fokusnya yang telah hilang.
Ada Apa Di Video Game?
Dalam bermain game, setidaknya seseorang harus memenuhi 3 kriteria yang akan mempermudah kemenangan dalam game yang ia mainkan. Tiga kriteria ini sangat berkaitan dengan keterampilan otak dalam mengolah informasi dan kemudian memberikan reaksi terhadap apa yang terjadi di dalam game. Jika dilihat manfaatnya untuk RL, tiga kriteria ini sangatlah membantu seseorang untuk mengembangkan soft skill yang akan dicapainya nanti.
1. Mekanik atau dalam istilah gamer biasa disebut sebagai mikro play. Adalah bagaimana seseorang memainkan karakter di dalam gamenya. Hal itu bisa berupa menggerakkan tubuh, arah pandangan, menembak senjata, melompat, bertahan, dan sebagainya. Setiap game memiliki tingkat kesulitan mekanik yang berbeda-beda, bahkan satu game saja bisa memiliki tingkat kesulitan yang berbeda setiap karakternya. Ala kulli hal, seluruh game pasti memiliki unsur mekanik di dalamnya.
Dalam dunia nyata mekanik dalam video game itu seperti memainkan instrumen pada piano, ada waktu dan aliran yang dimainkan secara tepat untuk menciptakan musik yang indah. Seseorang harus bisa menyelaraskan gerakan karakternya dengan aksi-reaksi yang muncul dari musuh di dalam gamenya. Dengan penyelarasan yang tepat, permainan yang indah bisa tercipta dan menjadi totonan yang menyenangkan bagi para penonton. Itulah mengapa menonton pertandingan profesional sama menyenangkannya dengan menonton konser yang dibawakan oleh pianis profesional. Karena para pro player adalah orang yang sudah mencapai tingkat mekanik di atas rata-rata, tentu akan sangat menyenangkan melihat permainan indah bagi para penonton.
Dengan adanya kesulitan mekanik di dalam game, seseorang bisa melatih otaknya untuk menyelaraskan informasi-informasi yang ia terima baik berupa video, audio ataupun teks. Rata-rata seorang gamer profesional bisa mencapai 300 Aksi Per Menit (APM) ketika mempertunjukkan permainan mekaniknya. Itu berarti otaknya mengirimkan 1 perintah untuk setiap 0,20 detiknya. Bahkan untuk game yang membutuhkan skill mekanik yang tinggi seperti game Starcraft, Guinness World Record pernah mencatat seorang pemain mencapai 1.000 APM ketika battle in-games. Wow! itu artinya 17 kali perintah untuk setiap satu detik. APM setinggi ini akan memberikan seorang gamer kemampuan cepat dalam penalaran dengan presisi yang tinggi ketika mengolah informasi. Tentu ini adalah mental yang sangat baik untuk penerapan di RL nanti.
2. Strategi atau dalam istilah gamer biasa disebut makro play. Adalah pilihan taktik yang harus dipilih seseorang untuk meningkatkan chance kemenangan dalam pertandingan yang ia mainkan. Hal ini seperti dalam permainan catur yang memerlukan pilihan yang taktis untuk mendapat posisi yang memberikan keunggulan bagi seseorang.
Dalam game kita mengenal istilah META, Most Effective Tactics Available, yaitu taktik terbaik untuk bisa memenangkan sebuah pertandingan. Oleh karena itu, seorang gamer harus mempelajari semua karakter, item, objektif, dan komponen lainnya yang ada di dalam game. Karena dengan cara itulah ia bisa memahami bagaimana cara terbaik untuk mengalahkan musuhnya. Dia yang paling paham terhadap hal-hal tersebut berkemungkinan lebih besar untuk memenangkan pertandingan. Kemudian ia yang paling kreatif dan inovatif akan lebih besar lagi kemungkinannya untuk memenangkan pertandingan.
Kita tahu bahwa developer sebuah game akan melakukan update terhadap gamenya dalam jangka waktu tertentu. Seminggu sekali, sebulan sekali, atau per triwulan sekali. Update-update seperti ini mengharuskan gamer untuk memahami bagaimana strategi yang paling tepat untuk setiap updatenya. Ini akan melatih gamer untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif serta mudah beradaptasi dalam setiap keadaan. Tentu kita tahu bahwa mental tersebut sangat berguna untuk RL, apalagi dengan cepatnya teknologi berkembang serta globalisasi yang terjadi.
3. Leadership atau dalam istilah gamer biasa disebut shoutcalling. Adalah kemampuan player untuk mengarahkan teman satu timnya ketika ia melihat ada kesempatan bagus untuk melakukan pergerakan. Walaupun tidak semua pemain akan melakukan shoutcalling, tetapi sebuah tim pasti memiliki satu kapten yang biasanya melakukan pengarahan terhadap rekan satu timnya. Kemampuan seperti sudah barang pasti akan berguna di RL seperti dalam berorganisasi, bermasyarakat dan bahkan berkeluarga.
Dalam game yang membutuhkan kerja sama tim, untuk bisa memenangkan pertandingan, keahlian shoutcaller dalam membaca permainan benar-benar menjadi ajang pembuktian siapa kapten terbaik sebenarnya. Seorang kapten harus bisa mengambil keputusan seca cepat dan tepat di tengah tekanan yang ada di dalam game. Dan keputusan yang diambil bukan untuk dirinya saja, tapi juga untuk teman satu timnya. Dan tentu seorang kapten tidak hanya bertugas sebagai pengarah saja, ia juga tetap harus memainkan karakter yang ia pakai, dan juga harus menguasai makro-mikro serta aspek lain yang ada di dalam game.
Lalu Apa Selanjutnya?
Tulisan ini dibuat bukan untuk menganjurkan semua orang bermain game. Tentu semua orang tidak harus bermain untuk mendapatkan benefit-benefit di atas. Melatih otak tidak harus melalui game. Kita bisa saja bermain catur, membaca buku, mengotak atik soal matematika, dan sebagainya untuk melatih otak kita. Tulisan ini semata dibuat untuk melepas stigma negatif terhadap game. Yaitu bahwa bermain game bukanlah sesuatu yang buruk bagi seseorang. Tidak ada dampak negatif pasti yang dihasilkan oleh sebuah game.
Kalau ada orang yang bilang game membuang waktu, kenapa kita tidak bilang ngafe juga membuang waktu? ngobrol juga membuang waktu? jalan-jalan ke tempat wisata juga membuang waktu? Ya, kita tidak bilang hal-hal tersebut membuang waktu karena biasanya hal tersebut dilakukan secara proporsional dan tidak berlebihan. Begitu juga dengan video game yang dilakukan secara proporsional. Layaknya pisau, game hanyalah sebuah alat yang bisa digunakan untuk memotong sayuran dan daging, atau digunakan untuk menusuk jantung kita sendiri. Tergantung mau digunakan sebagai apa alat tersebut.
Selama seseorang tetap pada tanggung jawabnya, mengetahui batasnya dan mengetahui dosis untuk bermain game, maka tidak ada yang salah untuk seseorang bermain game. Apalagi bagi orang-orang yang sudah sedari kecil bermain game seperti aku. Game sudah menjadi passion dan bagian dari hidup. Toh nyatanya aku tidak melalaikan kewajibanku, aku tetap melakukan tanggung jawabku dan tidak meninggalkannya.
Justru video game mempunyai potensi untuk menjadi salah satu cara edukasi layaknya buku, video ataupun podcast. Seorang developer game bisa saja menciptakan game petualangan yang di dalamnya berisi sejarah tentang dunia atau berisi fakta-fakta ilmiah yang telah ditemukan baru-baru ini. Dengan cara begitu, selain seseorang mendapatkan kebahagiaan ketika bermain game, ia juga akan mendapatkan ilmu dari game yang ia mainkan. Bayangkan, seseorang yang sudah memiliki passion di dalam game kemudian dibuatkan oleh pemerintah setempat sebuah game yang seru dan menarik, yang sarat akan ilmu pengetahuan, bukankah itu akan menjadi salah satu metode belajar, khususnya bagi orang-orang yang senang bermain game.
Atau, atau, kita bisa mengajari seorang gamer untuk melakukan gamefying terhadap dunia nyatanya. Seorang gamer yang sudah melekat dengan gamenya tentu akan memahami konsep game dengan baik. Konsep-konsep tersebut rata-rata menjadi kemampuan mental yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti yang sudah dijelaskan di atas. Daripada memarahi anak karena dia bermain game, kenapa tidak kita dukung passionnya saja? Kenapa tidak kita ajari bagaimana menggunakan game dengan benar. Kalau saja kita bisa menunjukkan anak kita bahwa passion dia untuk bermain game bisa terhubung dengan masa depannya pasti dia akan lebih berhati-hati memperlakukan gamenya, seperti membatasi waktu bermainnya. Dr. Kris pernah berkata "Guru generasi masa depan adalah mereka yang bisa menghubungkan jalan antara belajar ke profesi melalui passion", yang berarti guru yang hebat juga adalah mereka yang bisa mengarahkan muridnya ke jalan yang benar, apapun latar belakangnya, salah satunya latar belakang video game.
Game memang memberi keuntungan-keuntungan terhadap otak kita seperti yang sudah dipaparkan. Tetapi, otak hanyalah alat untuk mengolah dan memahami informasi. Jadi di samping seseorang bermain game dan mengasah otaknya, seseorang juga harus menginputkan ilmu pengetahuan ke kepalanya melalui membaca misalnya. Ambil contoh Faker, seorang juara dunia League of Legends (LOL) lima kali. Berkarir sejak tahun 2013 hingga sekarang di tim yang sama. Tidak menonton anime, tidak mabuk-mabukkan dan tidak menonton film serial. Ia hanya membaca buku dan fokus pada gamenya. Akhirnya ia bisa berkarir lebih dari 10 tahun dengan menjadi juara 5 kali di antaranya. Untuk seseorang yang memahami kompetisi video game, aku paham bahwa untuk juara dunia 5 kali dan berkarir selama 10 tahun itu butuh ketekunan, tekad, dan kedisiplinan. Ayo sebutkan pro player mana yang berkarir selama 10 tahun dan menjuarai kompetisi tingkat internasional 5 kali.
Kedisiplinan adalah kunci kesuksesan seseorang yang passionnya adalah bermain game. Dengan kedisiplinan, seorang gamer bisa menjadi apa saja dan siapa saja yang ia mau. Karena ia sudah memiliki sebuah mental yang kuat untuk menghadapi masalah apapun di RL yang ia jalani. Fungsi kognitif yang ia miliki juga berada di atas rata-rata. Tinggal bagaimana ia menggunakan fungsi kognitifnya untuk mengolah informasi dan pengetahuan dari buku-buku yang ia baca. Ya, aku adalah Azhariy dan aku tidak sedikitpun malu mengakui aku adalah seorang gamer, dan masih aktif bermain game.
Sumber-Sumber:
https://youtu.be/CkFnqGHZ5tA?si=22joNz1DZ6mXsu71
https://www.guinnessworldrecords.com/world-records/88069-most-actions-per-minute-in-a-videogame
https://youtu.be/ylS-6UK9FhQ?si=zkshp0p84tZC0anG
Tahun 2006, umurku masih lima tahun kala itu, aku duduk bersama temanku yang lain untuk melihat sebuah layar tv yang menampilkan seseorang sedang berternak. Seru sekali rasanya melihat bagaimana ia mengembangkan lahan, membangun koneksi antar sesama, bahkan sampai meminang pujaan hati untuk menjalani kehidupan bersama. Tak lupa memancing, berkuda, hingga menambang ke dalam perut gunung. Memandikan kuda, memberi makan domba hingga memanen telur-telur dari ayam yang ia rawat setiap hari. Dan masih banyak kegiatan lain yang ia jalani untuk menghabiskan waktu sehari-harinya.
Ya, aku masih ingat! Konsol itu adalah Playstasion (PS) 1, dan game yang sedang dimainkan adalah Harvest Moon: Back To Nature. Game ini adalah cinta pertamaku dan kenangan tersebut masih terus terbawa sampai sekarang. Dibandingkan game-game zaman sekarang yang memiliki grafik ciamik, Harvest Moon hanyalah game dua dimensi yang memiliki grafik tak terlalu bagus, mungkin kalau kita tanya ke Gen Alpha, mereka akan mengatakan "Game apaan ini, burik banget".Sejak saat itulah aku menjadi maniak game. Apalagi pada tahun 2007 sepupuku yang tinggal di samping rumahku, dibelikan Personal Computer (PC) oleh Pakdheku. Kami kemudian bermain bergantian pada PC tersebut. Saat itu game-game yang kami mainkan adalah Platypus –yang kabarnya tahun ini rilis Platypus 2, Claw, Lemonade Tycoon, dan game lainnya yang ada di satu folder bernama Game House. 2 Tahun berselang giliran aku yang dibelikan PC oleh orang tuaku. Wah, senangnya hati pada saat itu. Dulu jika ingin bermain, harus menunggu sepupuku pulang dari sekolahnya tapi sekarang aku bisa bermain sepuasnya di rumah kapan pun aku mau.
Namun, entah mengapa orang tuaku hanya membelikan aku PC, sedangkan yang aku ingin sebenarnya adalah PS. Mungkin niatnya adalah sekalian aku mempelajari komputer dan software yang ada di dalamnya sehingga pada saat dibutuhkan nanti aku sudah ahli dalam menggunakan komputer. Kalau PS kan orientasinya hanya game saja. Itu mungkin maksud dari orang tuaku dulu. Dan benar saja, sekarang aku bisa dikatakan ahli dalam memegang perangkat komputer, mengotak-atiknya dan cepat dalam mempelajarinya. Yaaa, walaupun sampai sekarang masih mau dibelikan PS, Pak, hihi.
Tahun 2010, adalah masa kejayaan Warung Internet (warnet). Walaupun aku sudah mempunyai PC di rumah, aku merasa tidak puas karena tidak bisa menyambungkannya ke internet. Padahal, di luar sana teman-temanku sudah menjamah game online seperti Point Blank, Lost Saga, Ninja Saga, Social Empires, dan sebagainya. Oleh karena itulah, aku mulai pergi ke warnet untuk memainkan game online bersama teman-temanku. Menjalankan misi, menaikkan pangkat sampai mengasah skill untuk menjadi yang terhebat di antara mereka. Dulu seingatku ketika main Point Blank, Lost Saga, kami tidak terlalu mementingkan berapa banyak point yang kita dapat dari hasil kill, sehingga kami tidak mengenal istilah beban, dark sistem atau apalah itu. Tapi entah mengapa sekarang kok banyak ya istilah seperti itu. Mungkin esensi dari bermain game yaitu untuk bersenang-senang sudah hilang. Dulu kalau kita kalah terus, kita tidak menyebut istilah Lose Streak. Kita hanya melupakan dan lanjut ke game selanjutnya, itu saja.
Tahun 2013, akhirnya aku dibelikan laptop sekaligus dengan modemnya untuk menyambungkan perangkat ke internet. Wah, makin senang dong. Tidak perlu ke warnet, cukup di rumah dan memainkan game online seperti biasanya. Yaaa, sekali lagi mungkin niat orang tuaku adalah mengenalkanku kepada internet agar nanti bisa berguna di kemudian hari. Dan benar saja, aku kenal dengan dunia internet dengan segala perangkatnya. Dengan modal otodidak, otak-atik sendiri, aku hampir bisa menguasai apa saja yang berkaitan dengan internet, dulu.
Tahun 2016, tibalah waktuku untuk berpisah dengan game-game kesukaanku karena aku harus mondok dan mendalami agama di sana. Pada saat itu, aku tidak berat untuk meninggalkan segala kesenangan gameku, karena memang yang meminta untuk melanjutkan pendidikan di pondok adalah aku sendiri. Aku sendiri mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Pesantren yang telah sukses mendidikku sehingga aku bisa kuliah di Al-Azhar, Mesir, saat ini. Pesantren yang mengubah hidupku 180 derajat menjadi lebih baik. Eh, tapi, hehe, selang setengah tahun aku berada di pondok, ternyata pondokku tidak terlalu ketat. Artinya tidak ada larangan dan kekangan untuk tetap berada di pondok dan tidak keluar dari wilayahnya. Dan kebetulannya, 500 meter dari pondok ada warnet.
Duh, disclaimer dulu ya, biar tidak salah paham. Krapyak itu bukan pondok yang bebas, mau apa saja silahkan, tidak-tidak! Di sana tetap ada aturan mengaji, sekolah, absensi dan sebagainya, layaknya pondok-pondok lain. Tetapi yang membedakan adalah Krapyak tidak mengekang santrinya untuk keluar mengeksplor wilayah sekitar, berserawung dengan warga dan memahami budaya masyarakat yang ada. Lagian, aku ke warnet bukan untuk mangkir dari kegiatan, kok. Aku ke sana pasti setelah selesai kegiatan ataupun hari libur mingguan, Jumat. Di fase inilah, aku mulai kenal dengan game DotA 2, game Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) pertama yang aku mainkan sebelum Mobile Legends (ML). Krapyak, Yogyakarta, selain memfasilitasi kebutuhanku akan ilmu agama, ternyata di sana jiwa untuk menjadi gamer masih bisa terpenuhi. Aku masih bisa bermain game dengan dosis yang tepat sesuai dengan padatnya kegiatan yang ada di sana. Dunia per-game-an ini masih berlangsung sampai sekarang. Terhitung hampir 20 tahun aku menjadi gamer dan senang terhadap game. Bahkan setelah di Azhar, aku masih menjadi gamer.
Panjangnya muqoddimah di atas adalah untuk menunjukkan bahwa aku seorang gamer sejati dan itu tidak menjadikkan aku bodoh, malas, ataupun tak berpendidikan. Bahkan aku bisa menjadi 20 besar dari 5000 orang yang tes untuk mendapatkan beasiswa Azhar. Aku juga lebih pandai membaca teks Inggris daripada rata-rata orang. Kecepatan reaksiku juga berada di atas rata-rata. Skill kepemimpinanku juga tidak buruk. Komunikasiku pun tidak kurang dari yang lain.
Pengembangan Diri
Jonathan Haidt ketika membahas perbedaan antara laki-laki dan perempuan pernah berkata seperti ini:
Agensi muncul dari perjuangan seseorang untuk berbeda dari yang lain, mengembangkan diri, dan mencari kualitas diri seperti keefisienan, kecakapan diri serta ketegasan. Komuni muncul dari perjuangan seseorang untuk menyatukan diri ke unit sosial yang lebih luas dengan cara peduli terhadap orang lain, dan mencari kualitas diri seperti kemurahan hati, kooperatif serta empati.
Haidt mengatakan bahwa agensi adalah sifat yang biasanya dimiliki laki-laki. Itulah mengapa gamer kebanyakan adalah laki-laki karena di dalam game ada sebuah sistem yang mengharuskan pemainnya untuk mengembangkan karakternya, meningkatkan kapasistas kekuatannya sampai cukup untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat. Itu adalah sifat-sifat yang erat kaitannya dengan "agensi".
Pengembangan karakter adalah salah satu aspek penting yang ada di setiap game, terutama kategori Role Play Game (RPG). Entah itu berupa level, poin kekuatan, senjata, ataupun perluasan wilayah. Oleh karena itulah mengapa isi kepala seorang gamer dipenuhi dengan bagaimana cara karakternya bisa lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana ia bisa menaikkan kekuatan karakternya agar bisa melawan bos yang sedang menunggu di depan. Bagaimana karakternya bisa bertahan di dunia virtual yang semakin lama semakin kuat musuh-musuhnya.
Dengan begitu, secara tidak langsung video game membentuk mental seorang gamer menjadi seseorang yang haus akan perkembangan. Dalam kasus di Real Life (RL), mental yang seperti ini membuat seseorang mencari cara untuk mencapai titik terbaik dirinya. Ketika masalah datang, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai titik di mana ia bisa menyelesaikan masalah tersebut layaknya mengalahkan bos dalam permainan.
Di dunia ini, tidak ada penyakit yang lebih membunuh masa depan seseorang ketimbang kepuasan terhadap diri sendiri. Orang yang berpuas dengan dirinya sekarang akan cenderung tidak berkembang dan stuck pada satu posisi. Ketika ia merasa nyaman dengan hidupnya, tidak merasa butuh untuk mengembangkan diri dan menambah ilmu, tentu ia tidak perlu melakukan apa-apa, kan? Padahal dalam Islam kita diajarkan,
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Maka ketika kamu sudah selesai melakukan suatu kegiatan, bangkitlah untuk melakukan sesuatu yang lain.
atau kita juga sering mendengar
من استوى يوماه فهو مغبونٌ ومن كان يومُه شرًّا من أمسِه فهو ملعونٌ
Barang siapa yang hari kemarin sama dengan hari ini, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia adalah orang yang terlaknat
Masih berkaitan dengan mental untuk berkembang, aku juga mengamati fenoma unik yang terjadi dalam dunia ML akhir-akhir ini. Seorang streamer/youtuber ML yang terkenal dengan konten analisisnya lebih ramai ketimbang seorang yang terkenal hanya dengan konten hiburan semata. Sebutlah streamer dengan nama akun Youtube Set1awanade, yang dalam satu tahun ini dapat mencapai 900ribu subcribers. Puncaknya adalah ketika Oktober dan Desember 2024 yang ketika itu diadakan Mobile Profesional League (MPL) Season 14 serta M-6 atau kejuaran dunia ML yang ke-6. Mas Ade (panggilan akrab untuk set1anwanade) adalah streamer yang memang terkenal dengan analisisnya ketika melakukan re-stream terhadap pertandingan profesional ML. Ia dulu merupakan mantan analis dari tim E-Sport Evos Legends yang berhasil memenang M-1, kejuaran dunia ML yang pertama. Selain itu ada R7, mantan EXP Laner dari tim RRQ Hoshi, yang mendapat tambahan 1 juta subcribers pada tahun ini juga. R7 juga dikenal sering memberikan konten-konten gameplay dan analisis di channel youtubenya.
Mari kita melihat data streamer dengan penonton terbanyak pada pegelaran M6 yang digelar awal Desember kemarin.
Ya betul, Mas Ade dan R7 menjadi dua streamer tertinggi yang paling banyak diminati untuk ditonton. Fenomena ini terjadi bukan tanpa sebab. Seperti yang sudah dijelaskan di awal tadi, mental seorang gamer terbentuk menjadi seseorang yang haus akan pengembangan diri. Ia mau menjadi pelajar yang haus akan ilmu baru. Salah satu kehausan tersebut bisa ia legakan dengan menonton streamer-streamer yang menyediakan konten analisis terhadap gameplay serta pertandingan secara keseluruhan.
Dr. Kris Alexander dalam salah satu sesi di TED pernah mengatakan begini:
Twitch memiliki rata-rata 2,7 juta penonton secara bersamaan. Itu adalah jumlah yang banyak bagi orang-orang yang termotivasi untuk belajar
Twitch sendiri adalah sebuah platform yang menampilkan para streamer yang sedang memainkan video game. Seperti yang dikatakan Dr. Kris Alexander, para penonton twitch adalah orang-orang yang termotivasi untuk belajar, untuk menjadi lebih baik, dan untuk mengembangkan diri. Sebagai informasi, Dr. Kris adalah seorang yang mendapat gelar PhD dalam bidang video games.
Game Dan Objektifnya
Objektif atau tujuan dalam sebuah game adalah aspek penting yang dimiliki setiap game. Menghancurkan tower dalam game ML, menyusun balok dalam game tetris, mengisi angka yang kosong dalam game sudoku, mengalahkan bos dalam game Genshin Impact, dan tujuan-tujuan lainnya dalam sebuah game, adalah poin penting kenapa game bisa menarik dan memunculkan passion seseorang. Bayangkan kalau sepak bola tidak memiliki objektif dan hanya sekedar menendang bola kesana kemari, tidak mungkin ia menjadi olahraga nomor 1 di dunia sekarang ini, ya karena membosankan. Sepak bola menjadi menarik karena sebuah objektif yaitu membuat bola melewati garis gawang lawan yang kita namakan sebagai "gol". 22 orang akan bertahan dan menyerang setengah mati untuk mencapai tujuan tersebut. Membutuhkan skill, kecerdasan, serta kerjasama untuk merealisasikan tujuan tersebut. Beigtu juga sebuah objektif dalam game yang membuat sebuah game menarik dan memacu adrenalin. Kalau kita gagal kita akan dilabeli sebagai pecundang, kalau menang akan menyandang gelar pemenang.
Mengutip Dr. Kris yang mengatakan bahwa "Sebuah game itu mengajari kita untuk: Mulai dari sini, lakukan hal-hal ini dan kemudian kalian akan mendapat hal-hal ini". Konsep yang seperti ini sebenarnya juga terjadi di RL. Mulai dari berangkat pagi, dengarkan guru dengan baik, lalu kita akan mendapatkan ilmu. Mulai dari duduk di kantor, lakukan tugas dengan baik, lalu kita akan mendapatkan uang. Bagi gamer, hal seperti ini sudah menjadi bagian dari mentalnya karena memang di dalam game ia sudah terbiasa untuk melakukan sesuatu secara objektif. Jadi tentu gamer akan lebih terbiasa dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan di RL yang ia jalani.
Akhir-akhir ini banyak anak muda merasakan hidup yang tidak ada rasanya. Hidup yang terasa tak berguna. Tak bisa memaknai hidup. Dan tak tau hidup itu untuk apa. Fenomena "hampa" seperti ini agaknya diakibatkan oleh tidak adanya passion dalam diri seseorang yang membangkitkan motivasi untuk melakukan sesuatu. Seorang yang tidak memiliki passion dalam hidupnya akan merasakan kekosongan di dalam hatinya. Hidup yang mengalir saja seperti air tak selalu baik, bahkan air pun memiliki laut sebagai tujuan akhirnya.
Sebagai gamer, untuk menyelesaikan masalah seperti itu aku bisa melakukan gamefying, yaitu menjadikan sesuatu seperti game yang aku mainkan. Aku bisa menganggap bahwa dunia ini adalah game yang memiliki beberapa quest untuk dijalani. Ada daily quest yang harus dikerjakan setiap hari. Ada event quest yang hadir setiap hari besar tiba. Ada side quest sebagai tugas sampingan yang bisa menambah kekuatan kita. Aku juga punya item di dalam diri yang bisa aku enhance levelnya. Sebelum melakukannya tentu aku butuh bahan-bahan untuk itu. Untuk mendapatkan semua itu aku harus berpetualang menelusuri hutan kata yang ada di buku-buku hebat. Kalau item yang aku ehance levelnya sudah tinggi, maka bahan yang dibutuhkan pun semakin banyak dan langka. Begitulah gambaran seorang gamer yang menghadapi kehampaan dalam hidup dengan cara gamefying dunia ini.
Video Game Dan Otak Kita
Video game sendiri memiliki beberapa unsur yang harus dipenuhi oleh seseorang guna bisa memainkan permainan dengan baik. Secara desain itu sendiri, video game teridiri dari campuran kompleks antara audio, teks, video dan interaktivitas yang dapat memperkuat fokus. Seseorang yang memainkan game menerima sejumlah informasi berupa suara, teks, dan video kemudian ia harus cepat mengolahnya di otak untuk kemudian mengirimkan perintah kepada tangan untuk menekan tombol tertentu sebagai reaksi dari informasi yang diterima tadi. Bayangkan, berapa informasi yang harus diolah dalam satu kali permainan dan berapa kali juga otak terlatih untuk mengolah informasi. Ini seperti olahraga otak yang dapat meningkatkan kemampuan, kecepatan dan ketahan otak itu sendiri.
Dalam kategori game aksi, apalagi yang dimainkan secara online bersama orang lain, seseorang harus membuat keputusan cepat dengan presisi yang akurat di tengah tekanan waktu yang ada. Ia harus menjaga fokus otaknya terhadap persepsi yang muncul dari stimulasi luar yang ada di dalam video game berupa visual dan audio. Setelah itu ia harus fokus pada satu objek yang harus ditembak di tengah banyaknya distraksi yang muncul seperti suara bom dari arah kanan, suara peringatan ancaman, musuh yang menembak dari belakang atau bahkan sampai posisi tembak yang belum tentu menguntungkan. Dari situ kita bisa melihat bagaimana game benar-benar telah menjadi exercise bagi otak kita. Tidak salah bila penelitian pada tahun 2022 mengatakan bahwa bermain video game berkaitan dengan peningkatan fungsi kognitif, kecepatan reaksi yang lebih tinggi, dan kapasitas memori otak yang lebih besar.
Dan karena kekompleksan dari video game inilah, mengapa pertandingan profesional game yang digelar biasanya memberikan waktu rehat setiap babaknya. Misalnya ML memberikan sekitar 10-15 menit waktu cooling down untuk para pemainnya sebelum melanjutkan ke ronde yang selanjutnya. Intensitas yang tinggi pada pertandingan profesional mengharuskan otak bekerja sangat keras dan fokus yang terjaga sepanjang game. Sepengalamanku juga sih, kalau bermain game sudah sangat lama apalagi tanpa diselangi jeda, pasti permainanku menjadi kacau dan kesempatan untuk menang lebih kecil. Pun juga, kalau aku bermain game setelah sholat, serasa lebih jago dan lebih bermain dengan objektif. Ya, karena sholat kan merefresh hati dan pikiran sehingga saat bermain pikiran bisa lebih fokus. Mungkin dari sini juga bisa diambil kesimpulan kenapa ada bahasa lose streak.
Lose streak adalah bahasa yang digunakan gamer untuk menunjukkan bahwa dia telah menelan kekalahan beruntun untuk beberapa pertandingan yang ia mainkan. Dalam kasus ini, banyak gamer ML yang menjadikan teman setimnya sebagai kambing hitam, bahasa yang mereka gunakan adalah dark sistem. Padahal kalau mau menganalisis game-game yang telah ia mainkan pada saat lose streak dengan cara melihat replaynya, pasti mereka akan menyadari bahwa kesalahan bukan cuma terdapat pada teman setimnya, melainkan ia juga melakukan beberapa kesalahan yang mengakibatkan kerugian bagi tim. Orang yang lose streak biasanya memainkan game berjam-jam tanpa ada jeda di antara ronde-rondenya. Akhirnya, fokus tidak maksimal yang berujung pada permainan tak objektif yang ia jalankan. Apalagi emosi setelah kalah berkali-kali menambah keruwetan yang terjadi pada otak. Jadi orang yang lose streak akan terus lose streak kecuali dia mengistirahatkan otaknya sejenak untuk mengembalikan fokusnya yang telah hilang.
Ada Apa Di Video Game?
Dalam bermain game, setidaknya seseorang harus memenuhi 3 kriteria yang akan mempermudah kemenangan dalam game yang ia mainkan. Tiga kriteria ini sangat berkaitan dengan keterampilan otak dalam mengolah informasi dan kemudian memberikan reaksi terhadap apa yang terjadi di dalam game. Jika dilihat manfaatnya untuk RL, tiga kriteria ini sangatlah membantu seseorang untuk mengembangkan soft skill yang akan dicapainya nanti.
1. Mekanik atau dalam istilah gamer biasa disebut sebagai mikro play. Adalah bagaimana seseorang memainkan karakter di dalam gamenya. Hal itu bisa berupa menggerakkan tubuh, arah pandangan, menembak senjata, melompat, bertahan, dan sebagainya. Setiap game memiliki tingkat kesulitan mekanik yang berbeda-beda, bahkan satu game saja bisa memiliki tingkat kesulitan yang berbeda setiap karakternya. Ala kulli hal, seluruh game pasti memiliki unsur mekanik di dalamnya.
Dalam dunia nyata mekanik dalam video game itu seperti memainkan instrumen pada piano, ada waktu dan aliran yang dimainkan secara tepat untuk menciptakan musik yang indah. Seseorang harus bisa menyelaraskan gerakan karakternya dengan aksi-reaksi yang muncul dari musuh di dalam gamenya. Dengan penyelarasan yang tepat, permainan yang indah bisa tercipta dan menjadi totonan yang menyenangkan bagi para penonton. Itulah mengapa menonton pertandingan profesional sama menyenangkannya dengan menonton konser yang dibawakan oleh pianis profesional. Karena para pro player adalah orang yang sudah mencapai tingkat mekanik di atas rata-rata, tentu akan sangat menyenangkan melihat permainan indah bagi para penonton.
Dengan adanya kesulitan mekanik di dalam game, seseorang bisa melatih otaknya untuk menyelaraskan informasi-informasi yang ia terima baik berupa video, audio ataupun teks. Rata-rata seorang gamer profesional bisa mencapai 300 Aksi Per Menit (APM) ketika mempertunjukkan permainan mekaniknya. Itu berarti otaknya mengirimkan 1 perintah untuk setiap 0,20 detiknya. Bahkan untuk game yang membutuhkan skill mekanik yang tinggi seperti game Starcraft, Guinness World Record pernah mencatat seorang pemain mencapai 1.000 APM ketika battle in-games. Wow! itu artinya 17 kali perintah untuk setiap satu detik. APM setinggi ini akan memberikan seorang gamer kemampuan cepat dalam penalaran dengan presisi yang tinggi ketika mengolah informasi. Tentu ini adalah mental yang sangat baik untuk penerapan di RL nanti.
2. Strategi atau dalam istilah gamer biasa disebut makro play. Adalah pilihan taktik yang harus dipilih seseorang untuk meningkatkan chance kemenangan dalam pertandingan yang ia mainkan. Hal ini seperti dalam permainan catur yang memerlukan pilihan yang taktis untuk mendapat posisi yang memberikan keunggulan bagi seseorang.
Dalam game kita mengenal istilah META, Most Effective Tactics Available, yaitu taktik terbaik untuk bisa memenangkan sebuah pertandingan. Oleh karena itu, seorang gamer harus mempelajari semua karakter, item, objektif, dan komponen lainnya yang ada di dalam game. Karena dengan cara itulah ia bisa memahami bagaimana cara terbaik untuk mengalahkan musuhnya. Dia yang paling paham terhadap hal-hal tersebut berkemungkinan lebih besar untuk memenangkan pertandingan. Kemudian ia yang paling kreatif dan inovatif akan lebih besar lagi kemungkinannya untuk memenangkan pertandingan.
Kita tahu bahwa developer sebuah game akan melakukan update terhadap gamenya dalam jangka waktu tertentu. Seminggu sekali, sebulan sekali, atau per triwulan sekali. Update-update seperti ini mengharuskan gamer untuk memahami bagaimana strategi yang paling tepat untuk setiap updatenya. Ini akan melatih gamer untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif serta mudah beradaptasi dalam setiap keadaan. Tentu kita tahu bahwa mental tersebut sangat berguna untuk RL, apalagi dengan cepatnya teknologi berkembang serta globalisasi yang terjadi.
3. Leadership atau dalam istilah gamer biasa disebut shoutcalling. Adalah kemampuan player untuk mengarahkan teman satu timnya ketika ia melihat ada kesempatan bagus untuk melakukan pergerakan. Walaupun tidak semua pemain akan melakukan shoutcalling, tetapi sebuah tim pasti memiliki satu kapten yang biasanya melakukan pengarahan terhadap rekan satu timnya. Kemampuan seperti sudah barang pasti akan berguna di RL seperti dalam berorganisasi, bermasyarakat dan bahkan berkeluarga.
Dalam game yang membutuhkan kerja sama tim, untuk bisa memenangkan pertandingan, keahlian shoutcaller dalam membaca permainan benar-benar menjadi ajang pembuktian siapa kapten terbaik sebenarnya. Seorang kapten harus bisa mengambil keputusan seca cepat dan tepat di tengah tekanan yang ada di dalam game. Dan keputusan yang diambil bukan untuk dirinya saja, tapi juga untuk teman satu timnya. Dan tentu seorang kapten tidak hanya bertugas sebagai pengarah saja, ia juga tetap harus memainkan karakter yang ia pakai, dan juga harus menguasai makro-mikro serta aspek lain yang ada di dalam game.
Lalu Apa Selanjutnya?
Tulisan ini dibuat bukan untuk menganjurkan semua orang bermain game. Tentu semua orang tidak harus bermain untuk mendapatkan benefit-benefit di atas. Melatih otak tidak harus melalui game. Kita bisa saja bermain catur, membaca buku, mengotak atik soal matematika, dan sebagainya untuk melatih otak kita. Tulisan ini semata dibuat untuk melepas stigma negatif terhadap game. Yaitu bahwa bermain game bukanlah sesuatu yang buruk bagi seseorang. Tidak ada dampak negatif pasti yang dihasilkan oleh sebuah game.
Kalau ada orang yang bilang game membuang waktu, kenapa kita tidak bilang ngafe juga membuang waktu? ngobrol juga membuang waktu? jalan-jalan ke tempat wisata juga membuang waktu? Ya, kita tidak bilang hal-hal tersebut membuang waktu karena biasanya hal tersebut dilakukan secara proporsional dan tidak berlebihan. Begitu juga dengan video game yang dilakukan secara proporsional. Layaknya pisau, game hanyalah sebuah alat yang bisa digunakan untuk memotong sayuran dan daging, atau digunakan untuk menusuk jantung kita sendiri. Tergantung mau digunakan sebagai apa alat tersebut.
Selama seseorang tetap pada tanggung jawabnya, mengetahui batasnya dan mengetahui dosis untuk bermain game, maka tidak ada yang salah untuk seseorang bermain game. Apalagi bagi orang-orang yang sudah sedari kecil bermain game seperti aku. Game sudah menjadi passion dan bagian dari hidup. Toh nyatanya aku tidak melalaikan kewajibanku, aku tetap melakukan tanggung jawabku dan tidak meninggalkannya.
Justru video game mempunyai potensi untuk menjadi salah satu cara edukasi layaknya buku, video ataupun podcast. Seorang developer game bisa saja menciptakan game petualangan yang di dalamnya berisi sejarah tentang dunia atau berisi fakta-fakta ilmiah yang telah ditemukan baru-baru ini. Dengan cara begitu, selain seseorang mendapatkan kebahagiaan ketika bermain game, ia juga akan mendapatkan ilmu dari game yang ia mainkan. Bayangkan, seseorang yang sudah memiliki passion di dalam game kemudian dibuatkan oleh pemerintah setempat sebuah game yang seru dan menarik, yang sarat akan ilmu pengetahuan, bukankah itu akan menjadi salah satu metode belajar, khususnya bagi orang-orang yang senang bermain game.
Atau, atau, kita bisa mengajari seorang gamer untuk melakukan gamefying terhadap dunia nyatanya. Seorang gamer yang sudah melekat dengan gamenya tentu akan memahami konsep game dengan baik. Konsep-konsep tersebut rata-rata menjadi kemampuan mental yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti yang sudah dijelaskan di atas. Daripada memarahi anak karena dia bermain game, kenapa tidak kita dukung passionnya saja? Kenapa tidak kita ajari bagaimana menggunakan game dengan benar. Kalau saja kita bisa menunjukkan anak kita bahwa passion dia untuk bermain game bisa terhubung dengan masa depannya pasti dia akan lebih berhati-hati memperlakukan gamenya, seperti membatasi waktu bermainnya. Dr. Kris pernah berkata "Guru generasi masa depan adalah mereka yang bisa menghubungkan jalan antara belajar ke profesi melalui passion", yang berarti guru yang hebat juga adalah mereka yang bisa mengarahkan muridnya ke jalan yang benar, apapun latar belakangnya, salah satunya latar belakang video game.
Game memang memberi keuntungan-keuntungan terhadap otak kita seperti yang sudah dipaparkan. Tetapi, otak hanyalah alat untuk mengolah dan memahami informasi. Jadi di samping seseorang bermain game dan mengasah otaknya, seseorang juga harus menginputkan ilmu pengetahuan ke kepalanya melalui membaca misalnya. Ambil contoh Faker, seorang juara dunia League of Legends (LOL) lima kali. Berkarir sejak tahun 2013 hingga sekarang di tim yang sama. Tidak menonton anime, tidak mabuk-mabukkan dan tidak menonton film serial. Ia hanya membaca buku dan fokus pada gamenya. Akhirnya ia bisa berkarir lebih dari 10 tahun dengan menjadi juara 5 kali di antaranya. Untuk seseorang yang memahami kompetisi video game, aku paham bahwa untuk juara dunia 5 kali dan berkarir selama 10 tahun itu butuh ketekunan, tekad, dan kedisiplinan. Ayo sebutkan pro player mana yang berkarir selama 10 tahun dan menjuarai kompetisi tingkat internasional 5 kali.
Kedisiplinan adalah kunci kesuksesan seseorang yang passionnya adalah bermain game. Dengan kedisiplinan, seorang gamer bisa menjadi apa saja dan siapa saja yang ia mau. Karena ia sudah memiliki sebuah mental yang kuat untuk menghadapi masalah apapun di RL yang ia jalani. Fungsi kognitif yang ia miliki juga berada di atas rata-rata. Tinggal bagaimana ia menggunakan fungsi kognitifnya untuk mengolah informasi dan pengetahuan dari buku-buku yang ia baca. Ya, aku adalah Azhariy dan aku tidak sedikitpun malu mengakui aku adalah seorang gamer, dan masih aktif bermain game.
Sumber-Sumber:
https://youtu.be/CkFnqGHZ5tA?si=22joNz1DZ6mXsu71
https://www.guinnessworldrecords.com/world-records/88069-most-actions-per-minute-in-a-videogame
https://youtu.be/ylS-6UK9FhQ?si=zkshp0p84tZC0anG
-Gaza Satria Lutfi
Komentar
Posting Komentar